Minggu, 31 Juli 2011

Tips Menghadapi Anak yang Suka Berteriak



Oleh : Dra. Adriani Purbo Psi. MBA 
Pada saat si kecil berusia sekitar 1- 1,5 th, mungkin anda pernah mengalami saat dimana ia senang berteriak-teriak, baik yang jelas atau yang tidak jelas maknanya. Sehingga kita sebagai orangtua seringkali merasa tak sabar dibuatnya, dan akhirnya menghardik si buah hati untuk diam. Namun timbul pertanyaan, apakah tindakan menghardik itu memang sudah tepat dalam memperlakukan batita yang suka berteriak? Karena seringkali justru semakin disuruh diam, anak justru semakin keras teriakannya.
TUJUAN BERTERIAK 
Berteriak pada usia batita, bisa merupakan salah satu bentuk komunikasi agar anak mendapat perhatian orangtua dan lingkungannya. Ini wajar, karena anak usia batita belum memiliki banyak pengalaman bagaimana cara menarik perhatian orang lain.
Berteriak juga dapat merupakan cara untuk mengeluarkan perasaan dan ekspresi keberanian anak dalam menunjukkan kemampuan bicara yang sebelumnya tak dimilikinya.
Selain itu, berteriak juga dapat menjadi sarana untuk memuaskan rasa ingin tahu anak. Misalnya seberapa jauh suaranya dapat didengar orang lain, bagaimana ia mampu mengontrol naik dan turunnya volume suara, dsb. Sehingga hal ini sekaligus juga merupakan sesuatu yang menghiburnya.
NORMAL KAH ? 
Sesuai dengan tahapan perkembangannya, berteriak pada usia batita ini merupakan suatu yang masih dianggap normal, sejauh hal ini tidak berlangsung terus menerus. Diharapkan dengan bertambahnya usia, meningkatnya kemampuan komunikasi dan kemampuan anak melakukan aktivitas-aktivitas lain, maka kebiasaan anak berteriak juga semakin berkurang.
Suatu teriakan yang bisa dianggap tidak normal, bila teriakan selalu dijadikan alat untuk mendapatkan perhatian terus-menerus dari lingkungannya sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Misalnya selalu berteriak padahal lawan bicaranya berada tidak jauh darinya, selalu berteriak setiap kali menginginkan sesuatu, dsb.
APA YANG HARUS DILAKUKAN ?
  • Jangan menghardik anak untuk segera diam. Tetaplah bicara dengan nada lembut sewaktu memberi pengertian pada anak dan lakukan kontak mata dengan anak.Misalnya dengan mengatakan “Kalau adek tidak teriak, ibu juga bisa dengar kok, Justru kalau adek teriak, ibu jadi tidak mengerti maksud adek”. Hindari bicara keras terhadap anak, karena hal ini justru akan memberi contoh pada anak untuk berbicara keras.
  • Mintalah anak untuk memperbaiki cara bicaranya lebih dahulu bila perkataannya mau didengar. Ajarkan dan contohkan bagaimana cara menyampaikan keinginan dengan cara yang lebih baik dan suara yang lebih rendah. Misalnya dengan mengatakan “Nah sekarang, coba adek katakan pelan-pelan, adek mau apa?”. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengerti bahwa berteriak itu tidak bermanfaat karena membuatnya tidak mendapatkan perhatian atau sesuatu yang diinginkannya.
  • Bersikaplah tenang dan optimis bahwa fase berteriak ini pasti akan dapat berlalu sejalan dengan pertambahan usia dan kematangan komunikasi anak serta bimbingan yang telah anda lakukan. Hal ini diperlukan agar orangtua dapat bersikap semangat untuk terus memperlakukan anak secara bijaksana, sabar dan telaten dalam menghadapi anak.
  • Berikan aktivitas lain yang dapat mengalihkan keinginan anak untuk berteriak-teriak. Misalnya dengan mengajaknya bernyanyi mengikuti irama lagu, bermain bisik-bisikan /nada suara rendah, bermain dengan membaca gerak bibir & mimik wajah, menirukan bunyi binatang, dsb.
  • Berikan umpan balik positif dengan segera, apabila anak bisa berbicara tanpa berteriak. Misalnya dengan memberikan pujian atau ucapan terimakasih karena sudah membuat anda tidak merasa bising/terganggu.
Baca Kelanjutannya...... - Tips Menghadapi Anak yang Suka Berteriak Bagikan

Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (2)



Oleh: Dokter HANDRAWAN NADESUL
Manifestasi stres
Penyakit stres menampakkan dirinya pada badan. Penyakit stres berarti beban jiwa yang dihibahkan ke dalam penderitaan badan.
Manifestasi penyakit stres pada badan bisa beragam jenis dan bentuknya. Organ tubuh paling peka terhadap penderitaan jiwa antara lain lambung, paru-paru, jantung, dan kulit. Maka keluhan orang yang sakit stres muncul pada ragam gejala penyakit lambung berupa maag, ashma jika beban itu dipikul paru-paru, atau seolah penyakit jantung kalau menimpa jantung, dan eksim kalau bermanifestasi pada kulit.
Maka kasus penyakit stres harus diperiksa sebagai penyakit bukan fisik semata, kendati gejala dan keluhannya pada badannya. Anak yang sering muntah, diare, atau jantungnya berdebar, kalau bukan eksim yang tak sembuh-sembuh, bisa jadi itu wujud dari penyakit stresnya. Yang diobati tentu bukan semata gejala yang dikeluhkan dan tampak dari luar itu saja, melainkan juga sumber di dalam jiwanya, yakni sumber stresnya.
Selain menghapuskan faktor stressornya, yang biasanya berasal dari luar dirinya, menenangkan jiwa juga diperlukan. Kalau perlu diberikan obat penenang juga selain menyembuhkan gangguan jantung, paru-paru, atau kulit yang mungkin muncul.
Artinya, pengaruh penyakit stres terhadap proses tumbuh-kembang anak cukup besar, jika keluhan dan gejala penyakit stresnya tidak diredam. Hal itu bisa menghambat proses belajarnya juga. Maka anak yang sudah jatuh stres tidak boleh dibiarkan, agar dampak buruk terhadap jiwa raganya tidak berkepanjangan
Baca Kelanjutannya...... - Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (2) Bagikan

Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (1)



Oleh: Dokter HANDRAWAN NADESUL
Kata orang semakin banyak anak sekolah sekarang yang stres. Kompetisi di sekolah semakin ketat, kurikulum kian padat, dan metode pengajaran dan sikap pendidik dinilai kurang manusiawi. Semua itu menyiksa hari-hari bermain anak. Belum lagi ditambah dengan waktu yang dirampas dari hari-hari anak untuk (terpaksa) les ini-itu. Maka beban hidup anak melebihi kodratnya yang perlu lebih banyak bermain. Apa pengaruh penyakit stres terhadap kondisi fisik anak, kita bicarakan di sini.
BUKAN satu kali terdengar kasus anak menolak berangkat ke sekolah. Atau ada juga anak yang setiap kali tiba di depan gerbang sekolah langsung muntah, atau sakit perut, dan mencret. Penyebabnya satu. Hampir pasti anak itu sedang jatuh stres.
Anak yang stres bisa jadi karena membenci gurunya. Boleh jadi karena membenci mata pelajarannya. Tak jarang lantaran kedua-duanya. Anak tak merasa nyaman selama bersekolah. Konsep belajar-mengajar kita menjadi cenderung indoktrinasi, menjadi hanya searah, dan bukan dialog.
Cerita ihwal pendidikan hanya searah sebagaimana lazim dialami anak didik kita melahirkan anak didik yang kurang pandai untuk bebas mengekspresikan isi kepalanya. Anak jadi pasif, dan otaknya kurang dinamis. Kelemahan anak yang terbiasa dicekoki pelajaran ini umumnya terbawa sampai jenjang universitas.
Anak didik dengan model belajar mengajar seperti ini, cenderung tidak menyukai pelajaran bisa lantaran gurunya, mata pelajarannya, atau peraturan sekolahnya. Bisa juga karena sikap gurunya, bukan mata pelajarannya.
Sebetulnya semua anak bisa mencintai matematika mata pelajaran yang ditakuti itu kalau gurunya pandai menjinakkan momok bahwa matematika itu susah. COntohnya adalah peran seorang Prof. Johannes Surya, yang menjadikan proses belajar fisika itu sama menariknya seperti belajar sejarah atau ilmu bumi.
Menghapuskan stressor
Seseorang, apakah itu anak atau orang dewasa akan jatuh stres kalau hidupnya gagal beradaptasi dengan stressornya. Kita tahu stressor dalam hidup seseorang ada empat yaitu tekanan, konflik, frustrasi, atau krisis. Mustahil seseorang bisa hidup terbebas dari stressor. Bahkan, stressor dalam takaran rendah dibutuhkan agar jiwa kebal.
Ibarat vaksin untuk mengebalkan terhadap sejumlah penyakit infeksi, stressor juga bisa dijadikan vaksin agar jiwa anak tahan banting. Semakin lengkap stressor pernah anak alami semasa kecilnya, semakin kuat ketahanan jiwa anak. Anak yang rentan bunuh diri, hanya gara-gara soal sepele, misalnya, tergolong anak yang ketahanan jiwanya lemah.
Tentu dalam perjalanan hidup seorang anak tidak mungkin selalu mengalami stressor. Anak yang berasal dari keluarga kecukupan, umumnya semua kebutuhan hidupnya serba tersedia, serba lengkap, dan miskin pengalaman stressornya. Sebaliknya anak yang hidupnya prihatin, mengalami stressor yang lebih banyak, selain lebih lengkap, maka mereka lebih kebal kalau sewaktu-waktu mengalami kekecewaan, putus asa, atau menghadapi konflik, atau jika jiwanya tertekan.
Maka sebetulnya diperlukan latihan (rekayasa) agar setiap anak juga mengalami stressor sejak kecil. Menciptakan suasana krisis lewat outbond, misalnya, bertujuan anak merasakan juga kalau hidup tidak selalu mulus. Sikap pengasuhan yang tidak selalu meluluskan apa saja permintaan anak, sikap tidak memanjakan, membiarkan anak belajar hidup berdisiplin, bagian dari pembelajaran agar jiwa anak tidak rapuh.
Malstress
Tentu saja tidak sehat kalau stressor berlangsung lama, dan jenis stressornya sama. Orang yang dirundung stressor yang sama berkepanjangan, jika gagal beradaptasi, akan jatuh ke dalam penyakit stres. Ini stressor yang tidak sehat.
Jadi, penyakit stres itu akan dialami jika orang gagal menyesuaikan diri dengan beban stressornya yang bertubi-tubi untuk waktu lama. Jiwa yang kalah melawan stressornya yang akan jatuh stres. Maka pada saat itulah muncul gejala penyakit stresnya.
Tidak demikian dengan orang yang tetap tidak sakit walaupun masih terus dirundung oleh stressor yang tidak berlangsung lama dan terus berganti. Orang ini tergolong orang yang jiwanya tahan banting.
Orang yang sejak kecil sudah kebal hidup dengan keputusasaan, hidup dengan konflik, tekanan, maupun krisis, biasanya tidak gampang stres. Maka, dibanding anak yang hidupnya kecukupan, anak yang sudah pernah hidup susah biasanya tidak mudah stres.
Maka belajar hidup susah juga diperlukan. Mengapa? Karena untuk bisa hidup sebagai orang kaya, setiap orang sudah siap. Sebaliknya, jika harus hidup susah, belum tentu orang siap menjalaninya.
Untuk tujuan itulah, walaupun orangtuanya serba kecukupan, tak perlu memanjakan anak dengan segala kelebihannya. Tak perlu mengumbar serba ketercukupan hidupnya. Sesekali anak juga perlu merasakan bagaimana rasanya kecewa kalau permintaannya tidak dipenuhi. Bagaimana putus asa, sedih, cemas, kalau menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan hati.
Baca Kelanjutannya...... - Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (1) Bagikan

Ngompol Di usia Remaja


“IH, sudah besar kok masih ngompol!” Begitu ucapan yang sering terdengar untuk mengolok-ngolok anak besar yang masih suka ngompol. Orang tua kerap bingung menghadapi permasalahan ini. Akhirnya membiarkan saja keluhan tersebut. Sebagian besar kasus, ngompol pada anak dapat sembuh dengan sendirinya ketika usia anak mencapai 10 – 15 tahun. Hanya sekira 1 dari 100 anak yang masih tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Bila diabaikan, hal ini akan berpengaruh bagi anak.
Biasanya, anak menjadi tak percaya diri, rendah diri, malu, dan hubungan sosial dengan teman-temannya pun terganggu.Dalam dunia kedokteran, ngompol-tidak dapat menahan keluarnya air kencing-dikenal dengan istilah enuresis. Lebih khusus lagi, ngompol yang terjadi ketika tidur pada malam hari biasa disebut nocturnal enuresis. Ngompol masih dianggap normal bila terjadi pada anak balita. Namun, jika anak di atas usia 5 atau 6 tahun masih ngompol, setidaknya 2 kali dalam sebulan, hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
Enuresis digolongkan dalam 2 bagian, primer dan sekunder. Anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih ngompol, dimasukkan dalam kriteria enuresis primer. Tapi bila si anak pernah ‘kering’ selama setidaknya 6 bulan, lantas mendadak ngompol kembali, berarti anak tersebut dikelompokkan dalam enuresis sekunder.
Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu-seperti adanya infeksi saluran kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi-juga dapat menyebabkan enuresis sekunder.
Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi enuresis sekunder adalah dengan mengenali perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan..
Penyebab
Enuresis primer lebih banyak terjadi dari pada enuresis sekunder. Para ahli belum mengetahui secara pasti apa penyebab utama enuresis primer. Beberapa faktor diduga sebagai ‘biang kerok’nya. Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat (SSP) disebut-sebut sebagai penyebab utama enuresis primer. Faktor genetik, gangguan tidur, kurangnya kadar antidiuretic hormon (ADH) dalam tubuh, ataupun
kelainan anatomi juga diduga turut andil sebagai penyebab.
Pada anak normal, ketika kandung kencing sudah penuh oleh air kencing (urine), sistem syaraf di kandung kencingnya akan melapor kepada otak. Kemudian, si otak akan mengirim pesan balik ke kandung kencing. Otak akan meminta kandung kencing untuk menahan pengeluaran air kencing, sampai si anak betul-betul sudah siap di toilet. Tetapi pada anak dengan keterlambatan matangnya SSP, proses ini tidak terjadi, sehingga saat kandung kencingnya penuh, anak tidak dapat menahan keluarnya air kencing tersebut.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa enuresis primer bisa terjadi akibat faktor keturunan. Bila kedua orang tua mempunyai riwayat enuresis, maka 77% kemungkinan anak mereka akan mengalami hal yang sama. Jika hanya salah satu orang tua yang pernah mengalami enuresis, maka terdapat sekira 44% kemungkinan anak akan terpengaruh. Tetapi, kalau tidak ada satu pun orang tua yang pernah mengalami enuresis, maka kemungkinan anak terkena enuresis hanya 15% saja.
Enuresis primer yang disebabkan gangguan tidur biasanya terjadi lantaran penderita mengalami tidur yang sangat dalam (deep sleep). Pola tidur penderita pada umumnya normal. Tapi akibat tidur yang sangat dalam tersebut, mereka tidak bisa terbangun ketika ingin buang air kencing. Kelainan anatomi, seperti kecilnya ukuran kandung kencing, biasanya jarang ditemukan pada penderita enuresis primer.
Kalaupun ada, umumnya disertai dengan gejala-gejala yang juga tampak pada siang hari.
Mengenai antidiuretic hormone (ADH), hormon ini akan menyebabkan tubuh seseorang memproduksi sedikit air kencing pada malam hari. Namun pada penderita enuresis primer, tubuhnya tidak dapat membuat ADH dalam jumlah yang mencukupi. Akibatnya, ketika sedang tidur, tubuh mereka menghasilkan air kencing yang jumlahnya terlalu banyak. Karena itulah anak menjadi ngompol.
Diagnosis
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, biasanya dokter akan bertanya mengenai riwayat kesehatan penderita, seperti keluhan-keluhan yang muncul, penyakit yang diderita sebelumnya, penyakit yang dimiliki keluarga, riwayat alergi, dan obat-obatan yang sedang diminum.
Selain itu, dokter akan bertanya tentang pola buang air besar, dan keluhan ketika buang air kencing, misalnya kencing tak lampias, atau nyeri sewaktu kencing. Sering kali, dokter juga bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi di rumah atau di sekolah untuk menentukan tipe enuresis. Setelah riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dilakukan, pada umumnya dokter akan melakukan tes urine. .
Penanganan
Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat enuresis sungguh mengganggu kehidupan seorang anak. Karena itu, pengobatan terutama bertujuan agar dampak-dampak tersebut bisa lenyap dari kehidupannya. Pengobatan juga diharapkan akan dapat menghilangkan penyebab utama enuresis.
Penanganan enuresis dibagi dalam 2 katagori: tanpa obat (nonpharmacologic) dan menggunakan obat-obatan (pharmacologic). Obat-obatan hanya diberikan pada anak di atas 7 tahun. Itupun dengan catatan, bila penanganan tanpa obat tidak berhasil dilakukan. Catatan sehari-hari (diary) tentang ngompol atau tidaknya si anak juga sangat diperlukan untuk menunjang proses pengobatan.
Pilihan penanganan enuresis tanpa obat bisa dilakukan lewat terapi motivasi (motivational therapy), terapi menggunakan alarm (behaviour modification), latihan untuk menahan keluarnya air kencing (bladder-training exercise), terapi kejiwaan (psychotherapy), terapi melalui makanan (diet therapy) dan terapi hipnotis (hypnotherapi).
Motivational therapy dilakukan dengan memberikan hadiah (reward system) untuk memotivasi anak agar tidak ngompol. Umumnya dipakai memakai kartu dan catatan harian (diary) untuk mencatat hasil yang telah dicapai si anak. Bila dalam 3 hingga 6 bulan, cara ini gagal, maka sebaiknya dipilih metoda lainnya.
Behaviour modification merupakan cara yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi, mencapai 50%-70%. Sukses ini terutama terjadi pada anak-anak besar yang memiliki motivasi kuat dan mendapat dukungan penuh dari anggota keluarga. Metode ini didasarkan pada penggunaan alarm yang ditempelkan di dekat alat kelamin. Bila anak mulai ngompol, alarm akan bergetar atau berbunyi. Kondisi ini
menyebabkan anak terbangun dan menghambat pengeluaran air kencing yang telah sedikit keluar. Orang tua dapat membantu anak untuk melanjutkan buang air kecil di toilet. Hasil yang diperoleh sebaiknya juga dicatat dalam catatan harian dan akan lebih baik bila dikombinasikan dengan reward system. Perubahan positif dari metode alarm biasanya mulai terjadi setelah alat digunakan selama 2 minggu atau beberapa bulan.
Bladder training exersice biasanya dilakukan pada anak dengan kapasitas kandung kencing yang kecil. Anak diminta untuk menahan keluarnya air kencing selama beberapa waktu.
Hypnotherapy, diet therapy dan psychotherapy belum banyak dilakukan pada anak-anak dengan enuresis primer. Terapi diet sebenarnya bisa juga dijadikan pilihan pada beberapa pasien. Karena, makanan yang mengandung kafein, cokelat, serta soda diduga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya episode enuresis.
Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak ngompol akan membantu membangun kepercayaan diri anak.
Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak. Karena itu sudah selayaknya bila masalah ini tidak dibiarkan berkepanjangan.
Baca Kelanjutannya...... - Ngompol Di usia Remaja Bagikan

Minggu, 24 Juli 2011

Pembelajaran Sebagai Proses Komunikasi



Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau memenuhi beberapa ciri berikut : (1) belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya. (2) hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instant, namun bertahap (sequensial). Seorang anak bisa membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata dan kalimat. Seseorang yang tiba-tiba memiliki kecakapan seperti lari dengan kecepatan tinggi karena akibat doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar, namun efek dari obat atau zat kimia yang dikonsumsinya. (3) Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Kemp (1975:15) menggambarkan proses komunikasi sebagai berikut :

Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber) pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (channel) seperti radio, televisi, OHP, film, pesan diterima oleh si penerima pesan melalui indera  (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dan dipahami oleh si penerima pesan. Lihatlah gambar di bawah ini :

Berdasarkan gambar di atas menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang terlibat, diantaranya komunikator, komunikan, channel, message, feed back dan noise /barier. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh saluran atau channel sampai ke komunikan sebagai penerima pesa. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh komunikan tergantung dari feed back yang diberikan oleh komunikan. Feedback positif menunjukan bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback negatif menunjukan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media pembelajaran. Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dipahami dengan baik karena adanya noise dan barier atau hambatan dan gangguan, noise ini dapat dialami oleh komunikator, bisa terjadi pada komunikan , pada pesan juga pada channel. Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru karena kondisi perut sedang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan, siswa tidak menerima materi dengan jelas karena saat itu sedang ada pembangunan sehingga suasana berisik mengganggu pendengaran, hal ini salurannya yang terganggu. Guru tidak entusias, tidak bergairah dalam mengajar sehingga siswa kurang mengerti apa yang diterangkan gurunya karena guru teresebut sedang ada masalah keluarga, hal ini gangguan pada komunikator. 

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sebuah komunikasi, baik faktor yang terjadi pada pengirim maupun pada penerima pesan.   Ishak (1995:3) menjelaskan diantaranya :
  1. Kemampuan berkomunikasi penyampai pesan seperti kemampuan bertutur dan berbahasa dan kemampuan menulis. Sedangkan faktor dari penerima pesan diantaranya kemampuan untuk menerima dan menangkap pesan seperti mendengar, melihat, dan menginterpretasikan pesan.
  2. Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada penerima pesan dan sebaliknya. Misalnya , rasa benci, pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu diantara kedua belah pihak, sehingga akan menimbulkan kurangnya respon terhadap isi psan yang disampaikan.
  3. Tingkat pengetahuan baik penerima maupun penyampai pesan. Sumber pesan yang kurang memahami informasi yang ingin dicapai akan mempengaruhi gaya dan sikap dalam proses penyampai pesan. Sebaliknya, penerima pesan yang kurang mempunyai pengetahuan  dan pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mempu mencerna informasi dengan baik.
  4. Latar belang sosial budaya dan ekonomi penyampai pesan serta penerima pesan. Ketanggapan penerima pesan dalam merespon informasi tergantung dari siapa dan oleh siapa pesan itu disampaikan.

Berdasarkan uraian di atas, jelas tergambar bahwa media merupakan bagian dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersbut. Saluran / channel yang dimaksud di atas adalah media. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang dimasuk adalah media pembelajaran.


Bagan di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut metode. 
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo (1960), komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan
Baca Kelanjutannya...... - Pembelajaran Sebagai Proses Komunikasi Bagikan

Kajian Teoritik E-learning Sebagai Media Pembelajaran



Kajian Teoritik E-learning Sebagai Media Pembelajaran

Banyak pakar pendidikan memberikan defenisi mengenai E- Learning , seperti yang dipaparkan oleh Siahaan (2004) dalam ”Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran” (Yani : 2007) bahwa E-Learning  merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh E-Learning (pembelajaran elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pebelajar (peserta didik)  dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronousE-Learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audio broadcasting, video/audio conferencingCD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung).
Jaya Kumar C dalam (Suyanto : 2005) , mendefinisikan E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Rosenberg  dalam (Suyanto : 2005) juga menekankan bahwa E-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “E” atau singkatan dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet (Suyanto : 2005).
Rosenberg mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam E-Learning, yaitu:
  1. E-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam E-Learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
  2. E-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD-ROOM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai E-Learning.
  3. E-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan (Suyanto : 2005).
Saat ini E-Learning telah berkembang dalam  berbagai model pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti:  CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).
E-Learning   merupakan   metode   pembelajaran   yang   berfungsi   sebagai   pelengkap   metode pembelajaran  konvensional  dan  memberikan  lebih  banyak  pengalaman  afektif  bagi  pelajar. Singkatnya,  E-Learning  menggunakan  teknologi  untuk  mendukung  proses  belajar. Inti  dari  E-Learning ialah metode dimana peserta didik diposisikan  sebagai prioritas utama dengan meletakan semua sumber bahan ajar di genggamannya. Peserta didik akan dapat mengatur durasi mata kuliah  dalam  mempelajarinya dan  akan  mampu  menyerap  serta  mengembangkan  pengetahuan dan keahlian dalam sebuah lingkungan yang telah dibentuk khusus bagi dirinya.
Perbedaan Pembelajaran konvensional dengan E-Learning yaitu pada pembelajaran konvensioanal guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam E-Learningfokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran E-Learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri. Menurut Reza Syaeful (2007), perbedaan pembelajaran E-Learning dengan metode pengajaran konvensional adalah sebagai berikut :
Elearning
Metode Pengajaran Konvensional
Bergantung pada motivasi diri pelajarPengajar memainkan peran dalam memotivasi dan membimbing pelajar
Tes dan ujian dilakukan sesuai dengan kecepatan daya tangkap si pelajarTes dan ujian dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan secara umum.
Metode inovatif diperlukan untuk mengadakan test dan eksperimen praktek.Laboratorium tersedia dalam melakukan kegiatan tes dan eksperimen praktek
Durasi mata pelajaran ditentukan oleh pelajarInstitusi memiliki kalendar dan durasi tetap bagi tiap mata pelajaran
Lebih sukses dalam jumlah pelajar yang mengikuti pembelajaran online
Kegiatan belajar dibatasi pada mereka yang bersekolah di institusi tersebut
Dalam pendidikan konvensional fungsi E-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis E-Learning sebagai berikut:
  1. E-Learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online.
  2. E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROOM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi
  3. E-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
  4. Kapasitas siswa sangat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik
E-Learning   bukan   hanya   sekedar   kursus   online,   akan   tetapi   juga   membantu   memperluas wawasan. Metode ini memberikan akses kepada informasionline, juga tersedia jaringan dimana para  individu  dapat  saling  memecahkan masalah, disana terdapat para pengajar yang hadir untuk menyediakan bimbingan dan nasihat. Menurut Reza Syaeful (2007), E-Learning  menawarkan  kesempatan  akademis  yang  unik  untuk  memperluas  pengetahuan peserta didik.
Dalam dunia pembelajaran elektonik, ada keuntungan langsung yang diperoleh melaluiE-Learning seperti :
  1. Membantu munculnya pertanyaan yang lebih interaktif dan berlingkup luas.
  2. Mendukung  dan memfasilitasi kolaborasi tim dan juga   memperluas kemudahan untuk mengakses pendidikan melampaui batasan institusi, geografis dan budaya.
  3. Catatan  kelas  dan  materi  langsung  tersedia  di  Internet  dimana  para  pelajar  dapat mengakses    situs    tersebut    dari    belahan    dunia manapun.    Ini    berbeda    dengan pembelajaran  jarak  jauh (distance  learning)  dimana  peserta didik  diberikan materi  kelas dan mempelajarinya sendiri sampai dengan waktu ujian
  4. E-Learning sangat interaktif, software yang  tesedia   memungkinkan   peserta didik untuk berkomunikasi, tidak hanya dengan pengajar tetapi juga dengan sesama peserta didik.
  5. E-Learning  memiliki  kemampuan  untuk  berkomunikasi  secara  konsisten  pada  peserta didik  dengan menyediakan informasi dan konsep yang sama, berbeda dengan pembelajaran di kelas dimana instruktur yang berbeda mungkin tidak akan mengikuti kurikulum yang sama atau bahkan mengajarkan hal yang berbeda di dalam kurikulum.
  6. E-Learning  merupakan  solusi  murah  dalam  hal  jumlah  peserta didik  tiap  instruktur.  Sebagai tambahan, ini juga mengurangi waktu belajar di kelas dan sangat berguna bagi peserta didik yang memiliki pekerjaan tetap.
  7. Peserta didik, instruktur dan penilai dapat mengawasi hasil belajar dengan mudah.
Menurut Siahaan (2004) dalam (Yani : 2007), setidaknya ada tiga fungsi E-Learningterhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction)
  1. Suplemen (tambahan). Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
  2. Komplemen (pelengkap). Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik  yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
  3. Substitusi (pengganti). Dikatakan sebagai substitusi apabila E-Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada tiga model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau (3) sepenuhnya melalui internet.
Baca Kelanjutannya...... - Kajian Teoritik E-learning Sebagai Media Pembelajaran Bagikan

Mengajar Kecakapan Bekerjasama Kepada Siswa


Membantu anak-anak selama mereka belajar kecakapan bekerjasama, melatih kecakapan dan belajar untuk memberi dan menerima umpan balik adalah suatu komitmen yang membutuhkan waktu cukup lama. Banyaknya jam pelajaran selama setahun penuh dapat dihabiskan pada kecakapan yang sederhana dari memulai membentuk kelompok dan belajar bagaimana bekerja secara berkelompok. Kelas lainnya mungkin bergerak cepat ke arah pemecahan masalah yang cukup rumit sebagai sebuah kelompok. Cepatnya kemajuan biasanya tergantung pada banyaknya keterbukaan yang anak-anak miliki dalam kecakapan  bekerjasama dan bergantung pada umur dan perkembangan mereka. Suatu saat anak-anak terlihat lebih dapat bekerjasama daripada yang lainnya; terkadang setelah beberapa minggu terlihat tidak berada di dalam kelompok manapun juga mulai berjalan dengan bagusnya. Semuanya itu butuh sebanyak satu tahun untuk mengajar kecakapan tersebut dengan baik, dan menurut Johnson dan Johnson (1986), terkadang hingga mencapai dua tahun sebelum kecakapan bekerjasama menjadi sifat dasar yang kedua.
Sebagaimana kita dapat menunjukkan bagaimana membuat surat, mengeja sebuah kata atau membubuhkan tanda baca dalam sebuah kalimat, maka kecakapan bekerjasama juga dapat diajarkan secara cermat. Kita seringkali menganggap (dengan keliru) bahwa anak-anak tahu apa saja yang meliputi dalam kegiatan bekerjasama ketika kita menganjurkan mereka ‘Masuk ke dalam kelompok dan bangun sebuah menara dengan blok’ atau ‘Dalam sebuah kelompok kecil susun jalan terbaik untuk mengukur lapangan bermain.
Pengamatan pada anak-anak seringkali mengungkapkan satu atau dua anak cakap dalam mengerjakan tugas ketika yang lainnya menjadi ‘pengikut’, terkadang hanya melihat atau sebaliknya ber-ikut serta. ‘Pengikut’ akan beruntung karena belajar bagaimana berkontribusi dalam kelompok. Anak yang cakap, sama halnya dengan yang lain, butuh untuk mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk masuk dan terlibat dengan lainnya.
Seperti yang telah kita sebutkan dalam Bab 2 kecakapan untuk bekerja secara kooperatip secara berpasangan atau berkelompok dapat diajarkan dengan cara membuat kecakapan bekerjasama tampak jelas, praktek kecakapan bekerjasama dan memberikan umpan balik. Tiga komponen ini dapat terjadi setiap hari. Beberapa guru menyisihkan 15 menit setiap hari untuk mempertunjukkan sebuah kecakapan khusus dan kemudian menyuruh anak-anak untuk mempraktekkannya. Guru lainnya telah menjual ide pengetahuan bekerjasama dan berencana menjualnya hingga 75 sen dalam setiap sehari bersekolah sebagai kegiatan berpasangan atau berkelompok dimana kecakapan bekerjasama diajarkan, dipraktekkan dan diawasi.

Berikut ini anjuran pada bagaimana kecakapan bekerjasama dapat menjadi nampak jelas, dipraktekkan dan umpan balik diberikan pada sebuah kelompok didasarkan pada karya penting Johnson, Johnson dan Holubec (1986).
MEMBINA KECAKAPAN NAMPAK JELAS
Dimulai dengan menanyakan pada anak-anak apa yang mereka lakukan ketika mereka bekerjasama. Daftar ide mereka pada sebuah tabel dan tambahkan ke dalamnya jika ada usulan yang datang lagi dan lagi. Untuk kecakapan ini dan kecakapan bekerjasama yang  lainnya nampak jelas, kita dapat menunjukkan contoh-contoh dari kecakapan bekerjasama dengan tindakan, gunakan permainan peranan, membaca atau menceritakan cerita dari kesusasteraan dan tambahkan tabel T. Strategi mengajar ini sekarang akan didiskusikan lebih detil.
MEMBERI CONTOH DENGAN TINDAKAN
Mempertunjukkan kecakapan bekerjasama dengan tindakan dalam dunia bisnis, komite sekolah dan perundingan politik di seluruh dunia dapat disusun. Anjuran berikut ini  menggambarkan tentang kecakapan bekerjasama untuk memulai kelompok, bekerja secara berkelompok, memecahkan masalah dan mengatur perbedaan.
  • Undang tamu pembicara yang mengandalkan kecakapan bekerjasama dalam melakukan pekerjaannya, misalnya ketua dewan sekolah, wartawan koran, pengemudi taksi, pelayan supermarket, dll.
  • Gunakan naskah sandiwara yang dibuat secara komersial atau, lebih baik lagi, menciptakan permainan anda sendiri tentang kerjasama keluarga.
  • Analisa tabel atau diagram yang menunjukkan hubungan antara anggota kelompok kerjasama.
Peranan perekam dalam kelompok dapat dijelaskan lebih dahulu dengan mendiskusikan sebuah gambar dari aksi komite masyarakat dengan sebuah alat perekam atau aksi wartawan parlementer/wartawan pengadilan. Kemudian penyajian sebuah daftar tugas perekam dapat diilhamkan pada sebuah tabel untuk diikuti oleh kelompok perekam yang akan datang. Kerumitan dari tiap-tiap peranan dan mempraktekkan kecakapan bekerjasama bergantung pada umur dan pengalaman anak.
PERMAINAN PERANAN
Memulai permainan peranan dapat terjadi secara spontan. Sebagai contoh, setelah anak-anak bekerja secara kelompok dan memperoleh pengalaman yang sukar dalam bekerjasama guru dapat meminta kelompok untuk mencoba lagi sebuah kegiatan khusus. Murid lainnya di kelas dapat melihat, duduk dalam sebuah lingkaran atau dalam bentuk mangkuk ikan, dan beri umpan balik pada keefektifan dari kecakapan bekerjasama. Kelompok kemudian dapat mencobanya lagi, mempertimbangkan kembali usulan dari kelas.
Sebagian besar guru mendapati bahwa permainan peranan adalah sebuah tehnik mengajar yang sangat bagus, terutama ketika mereka berpartisipasi secara sukarela. Menggunakan kecakapan memulai kelompok secara bergiliran, sebagai contohnya. Anak-anak di kelas 1 tidak akan berbagi giliran jadi guru duduk di lantai dengan sebuah kelompok dari dua pengambil giliran yang cakap ketika mereka berdiskusi tentang apa yang mereka lakukan selama liburan. Guru, dengan dua anak lainnya, berlatih mengambil giliran dalam sebuah pola mangkuk ikan emas (goldfish) dengan pemain peran di tengah dan sisanya dalam sebuah bentuk setengah lingkaran yang besar, memperhatikan. Sisa kelas ditumpukan pada kelompok permainan peranan yang kecil. Mereka suka melihat guru sebagai anggota kelompok dan melihat dan memecahkan bagaimana seseorang itu mengambil keputusan tentang mengambil giliran.

Menuliskan kecakapan ‘mengambil giliran’ pada papan tulis memberikan petunjuk pada anak-anak dalam kecakapan khusus yang sedang dipraktekkan. Sebuah daftar dari mengamati tingkah laku anak-anak dapat kemudian ditulis setelah itu. Kita menemukan bahwa membatasi kecakapan menjadi satu untuk setiap permainan peranan dapat memfokuskan perhatian anak pada kecakapan khusus adalah yang terbaik.
MENDISKUSIKAN CERITA
Teoritikus sastra Louise Rosenblatt dan pembaca teoritikus seperti Margaret Meek (1982) dan Frank Smith (1978) mengakui bahwa sastra menyediakan pengalaman yang mirip untuk anak-anak dan serupa orang dewasa.
Meskipun banyak buku-buku didasarkan pada tema orang yang cerdik dan keberanian memenangi kesengsaraan, buku-buku sekarang ini lebih dan lebih banyak lagi  berhubungan dengan bekerjasama. Karakter-karakter yang membantu sesama untuk mencapai keberhasilan dalam buku-buku seperti Space Demons dan Skymaze yang dikarang oleh Gillian Rubinstein, dimana anak-anak membaca yang kemudian kelompok dapat mencapai hasil lebih daripada secara perorangan.
Di dalam buku bergambar Swimmy oleh Leo Lionni seekor ikan kecil bergabung dengan ikan kecil lainnya untuk membuat bentuk ikan yang sangat besar untuk mengalahkan seekor hiu yang mengancam. Pertanyaan yang cermat dapat menolong menunjukkan kepada anak-anak arah karakter dalam buku-buku tentang kerjasama ini, membuat keputusan dan memecahkan konflik.
(wahyunnurul.blogspot.com)
Baca Kelanjutannya...... - Mengajar Kecakapan Bekerjasama Kepada Siswa Bagikan

Cara membuat daftar isi secara otomatis dengan Ms word


Cara Membuat daftar isi otomatis

asalamualaikum.wrb
apa kabar semuanya? ouh ea dah lama juga nui saya enggak posting hasil belajar saya pada blog mugi, mungkin karena asyik posting di blog www.wahyunnurul.blogspot.com ........ heee .......promosi.com!!dan karena saya belum sempat instal windows live writer,…heee
ouh ea untuk kali ini saya akan coba membahas yang mungkin sebagian besar dari  rekan - rekan sudah pada tau , tapi tak apalah kali aja ada yang belum tau , heeee berharap.com
karena Sering kali kita mengalami kesulitan saat harus membuat daftar isi. , baik 2003 maupun versi 2007 mampu membatu kita membuat daftar isi otomatis. Saya masih teringat saat saya masih membuatnya dengan manual. sangat Repot melihat satu persatu topik dan halamannya. Karena saya tidak teliti, kadang-kadang ada topik yang hilang, atau bahkan malah salah halaman. Belum lagi draf makalah kita akan di edit, wah cukup ribet sekali harus susun daftar isi ulang. Bagi anda yang belum tahu kemampuan MS word, mudah-mudahan tutorial ini dapat membantu menambah kebingungan anda.
baik kita mulai saja langkah pertmanya buka ms.word,
dan buat makalah yang akan anda buat daftar isinya kemudian buat lah style pada masing- masing bagian yang akan anda buat daftar isinya, dengan cara memblock terlebih dahulu bagian yang akan di buat daftar isi sebagai contoh :
judul
block bagian judul setelah itu klik style terdapat pada menu home > style > save selection as a new quick styles
biar lebih jelas lihat gambar berikut ini  :
Untitled-1
kemudian akan tampil menu seperti gambar berikut :
Untitled-2
dan silahkan pada name di ganti khan dengan judul , biar anda tidak bingung  ..
selanjutnya lakukan hal yang sama pada sub bab seperti contoh A.latar belakang masalah ..
caranya masi sama seperti di atas tapi pada namenya silahkan isi dengan sub bab1
selanjutnya buat page break untuk posisi penempatan daftar isi.. sudah tau khan caranya !!
nah setelah kita posisikan tempat untuk daftar isinya kemudian klik menu References => table of content => insert table of content => option => isi sesuai dengan bagian style yang ingin kita masukkan ke daftar isi. dalam hal ini contohnya (judul, sub judul, Isi 1, 2 atau 3 dst sesuai dengan keinginan kita menjorokkan bagian ini ) untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini :
Untitled-3kemudian akan tampil menu :
Untitled-4 


setelah di klik ok maka simsalabim jadi apa prok prok …hehehe
maka hasilnya terlihat seperti berikut :
4
ouh ea … Bagaimana bila terjadi penambahan sub judul? tenang
Yang harus dilakukan cukup Klik mouse bagian kanan pada daftar isi yang telah jadi > Update field > update entire table > OK
dan bila ada perubahan pada nomor halaman ?
Yang harus dilakukan cukup Klik mouse bagian kanan > Update field > update page number only >OK
Apa bisa membuat Daftar tabel, Daftar Gambar dll ?
Bisa, prinsipnya bahwa setiap bagian (judul tabel, judul ganbar, judul lampiran) masing-masing harus dibuat style.
Langkah selanjutnya tinggal membuat Halaman Baru, bila ada pesan  do you want to replace anda klik saja no.
nah mungkin hanya segini yang bisa saya sharing untuk kali ini semoga apa yang telah saya buat bermanfaat bagi anda …. wasalamualaikum .wrb !!

Baca Kelanjutannya...... - Cara membuat daftar isi secara otomatis dengan Ms word Bagikan

Microsoft Excel 2007


Microsoft Excel 2007
Dari Dasar Spreadsheet Hingga Database Sederhana




Microsoft Excel merupakan program dari Microsoft Office yang dikhususkan untuk pengolahan lembar kerja (worksheet) atau biasa dikenal dengan istilah spreadsheet program. Excel biasa identik dengan pengolahan angka, dengan menggunakan Excel kita dapat membuat proposal biaya, rencana bisnis, form aplikasi, buku kerja akuntansi, dan masih banyak jenis dokumen lain yang memerlukan perhitungan angka. Selain itu lembar kerja Excel juga dapat menampilkan data dalam bentuk grafik dan gambar. Pengolahan database sederhana juga dimungkinkan dalam aplikasi Microsoft Excel 2007



Microsoft Excel 2007




Target yang ingin dicapai setelah menyelesaikan bab ini : Mengenal Microsoft Excel.
Mengenal Workbook dan Worksheet.
Mengenal Kolom, Baris, Cell dan Range
Menulis teks dan rumus pada Excel.
Mengenal operator aritmatika dan menggunakannya dalam rumus. Mengenal Fungsi-fungsi dalam Excel.
Menggunakan Excel untuk pengolahan data.


1.   Mengenal Microsoft Excel
Microsoft Excel merupakan program dari Microsoft Office yang dikhususkan untuk pengolahan  lembar  kerja  (worksheet)  atau  biasa  dikenal  dengan  istilah  spreadsheet program. Excel biasa identik dengan pengolahan angka, dengan menggunakan Excel kita dapat membuat proposal biaya, rencana bisnis, form aplikasi, buku kerja akuntansi, dan masih banyak jenis dokumen lain yang memerlukan perhitungan angka. Selain itu lembar kerja Excel juga dapat menampilkan data dalam bentuk grafik dan gambar. Pengolahan database sederhana juga dimungkinkan dalam aplikasi Microsoft Excel.

 
Microsoft  Excel  2007  memiliki   tampilan  antarmuka  berbeda  dari  versi   -  versi sebelumnya. Daftar perintah yang biasa dikelompokkan dalam menu, kali ini dikelompokkan dalam beberapa tab yaitu : Home, Insert, Page Layout, Formulas, Data, Review, dan View.
....baca kelanjutannya...


Baca Kelanjutannya...... - Microsoft Excel 2007 Bagikan

Followers

MS OFFICE

PENDIDIKAN

KATA MUTIARA

obat tradisional

YOEN`S

Total Pageviews

 

Copyright © 2009 by Yoen`S

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger