Minggu, 01 Januari 2012


Tata cara sholat gerhana
“[aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)slim no. 901):

Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk
[2] takbiratul ihrom sebagaimana sholat biasa
[3] membaca doa iftitah beserta taawud
[4]Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6]Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7]Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara
[10]Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11]Salam.
Demikian uraian dari kelompok kami tentang TATA CARA SHOLA GERHANA 
OLEH:
1. roifatul itsn
Baca Kelanjutannya...... - Bagikan

Minggu, 31 Juli 2011

Tips Menghadapi Anak yang Suka Berteriak



Oleh : Dra. Adriani Purbo Psi. MBA 
Pada saat si kecil berusia sekitar 1- 1,5 th, mungkin anda pernah mengalami saat dimana ia senang berteriak-teriak, baik yang jelas atau yang tidak jelas maknanya. Sehingga kita sebagai orangtua seringkali merasa tak sabar dibuatnya, dan akhirnya menghardik si buah hati untuk diam. Namun timbul pertanyaan, apakah tindakan menghardik itu memang sudah tepat dalam memperlakukan batita yang suka berteriak? Karena seringkali justru semakin disuruh diam, anak justru semakin keras teriakannya.
TUJUAN BERTERIAK 
Berteriak pada usia batita, bisa merupakan salah satu bentuk komunikasi agar anak mendapat perhatian orangtua dan lingkungannya. Ini wajar, karena anak usia batita belum memiliki banyak pengalaman bagaimana cara menarik perhatian orang lain.
Berteriak juga dapat merupakan cara untuk mengeluarkan perasaan dan ekspresi keberanian anak dalam menunjukkan kemampuan bicara yang sebelumnya tak dimilikinya.
Selain itu, berteriak juga dapat menjadi sarana untuk memuaskan rasa ingin tahu anak. Misalnya seberapa jauh suaranya dapat didengar orang lain, bagaimana ia mampu mengontrol naik dan turunnya volume suara, dsb. Sehingga hal ini sekaligus juga merupakan sesuatu yang menghiburnya.
NORMAL KAH ? 
Sesuai dengan tahapan perkembangannya, berteriak pada usia batita ini merupakan suatu yang masih dianggap normal, sejauh hal ini tidak berlangsung terus menerus. Diharapkan dengan bertambahnya usia, meningkatnya kemampuan komunikasi dan kemampuan anak melakukan aktivitas-aktivitas lain, maka kebiasaan anak berteriak juga semakin berkurang.
Suatu teriakan yang bisa dianggap tidak normal, bila teriakan selalu dijadikan alat untuk mendapatkan perhatian terus-menerus dari lingkungannya sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Misalnya selalu berteriak padahal lawan bicaranya berada tidak jauh darinya, selalu berteriak setiap kali menginginkan sesuatu, dsb.
APA YANG HARUS DILAKUKAN ?
  • Jangan menghardik anak untuk segera diam. Tetaplah bicara dengan nada lembut sewaktu memberi pengertian pada anak dan lakukan kontak mata dengan anak.Misalnya dengan mengatakan “Kalau adek tidak teriak, ibu juga bisa dengar kok, Justru kalau adek teriak, ibu jadi tidak mengerti maksud adek”. Hindari bicara keras terhadap anak, karena hal ini justru akan memberi contoh pada anak untuk berbicara keras.
  • Mintalah anak untuk memperbaiki cara bicaranya lebih dahulu bila perkataannya mau didengar. Ajarkan dan contohkan bagaimana cara menyampaikan keinginan dengan cara yang lebih baik dan suara yang lebih rendah. Misalnya dengan mengatakan “Nah sekarang, coba adek katakan pelan-pelan, adek mau apa?”. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengerti bahwa berteriak itu tidak bermanfaat karena membuatnya tidak mendapatkan perhatian atau sesuatu yang diinginkannya.
  • Bersikaplah tenang dan optimis bahwa fase berteriak ini pasti akan dapat berlalu sejalan dengan pertambahan usia dan kematangan komunikasi anak serta bimbingan yang telah anda lakukan. Hal ini diperlukan agar orangtua dapat bersikap semangat untuk terus memperlakukan anak secara bijaksana, sabar dan telaten dalam menghadapi anak.
  • Berikan aktivitas lain yang dapat mengalihkan keinginan anak untuk berteriak-teriak. Misalnya dengan mengajaknya bernyanyi mengikuti irama lagu, bermain bisik-bisikan /nada suara rendah, bermain dengan membaca gerak bibir & mimik wajah, menirukan bunyi binatang, dsb.
  • Berikan umpan balik positif dengan segera, apabila anak bisa berbicara tanpa berteriak. Misalnya dengan memberikan pujian atau ucapan terimakasih karena sudah membuat anda tidak merasa bising/terganggu.
Baca Kelanjutannya...... - Tips Menghadapi Anak yang Suka Berteriak Bagikan

Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (2)



Oleh: Dokter HANDRAWAN NADESUL
Manifestasi stres
Penyakit stres menampakkan dirinya pada badan. Penyakit stres berarti beban jiwa yang dihibahkan ke dalam penderitaan badan.
Manifestasi penyakit stres pada badan bisa beragam jenis dan bentuknya. Organ tubuh paling peka terhadap penderitaan jiwa antara lain lambung, paru-paru, jantung, dan kulit. Maka keluhan orang yang sakit stres muncul pada ragam gejala penyakit lambung berupa maag, ashma jika beban itu dipikul paru-paru, atau seolah penyakit jantung kalau menimpa jantung, dan eksim kalau bermanifestasi pada kulit.
Maka kasus penyakit stres harus diperiksa sebagai penyakit bukan fisik semata, kendati gejala dan keluhannya pada badannya. Anak yang sering muntah, diare, atau jantungnya berdebar, kalau bukan eksim yang tak sembuh-sembuh, bisa jadi itu wujud dari penyakit stresnya. Yang diobati tentu bukan semata gejala yang dikeluhkan dan tampak dari luar itu saja, melainkan juga sumber di dalam jiwanya, yakni sumber stresnya.
Selain menghapuskan faktor stressornya, yang biasanya berasal dari luar dirinya, menenangkan jiwa juga diperlukan. Kalau perlu diberikan obat penenang juga selain menyembuhkan gangguan jantung, paru-paru, atau kulit yang mungkin muncul.
Artinya, pengaruh penyakit stres terhadap proses tumbuh-kembang anak cukup besar, jika keluhan dan gejala penyakit stresnya tidak diredam. Hal itu bisa menghambat proses belajarnya juga. Maka anak yang sudah jatuh stres tidak boleh dibiarkan, agar dampak buruk terhadap jiwa raganya tidak berkepanjangan
Baca Kelanjutannya...... - Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (2) Bagikan

Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (1)



Oleh: Dokter HANDRAWAN NADESUL
Kata orang semakin banyak anak sekolah sekarang yang stres. Kompetisi di sekolah semakin ketat, kurikulum kian padat, dan metode pengajaran dan sikap pendidik dinilai kurang manusiawi. Semua itu menyiksa hari-hari bermain anak. Belum lagi ditambah dengan waktu yang dirampas dari hari-hari anak untuk (terpaksa) les ini-itu. Maka beban hidup anak melebihi kodratnya yang perlu lebih banyak bermain. Apa pengaruh penyakit stres terhadap kondisi fisik anak, kita bicarakan di sini.
BUKAN satu kali terdengar kasus anak menolak berangkat ke sekolah. Atau ada juga anak yang setiap kali tiba di depan gerbang sekolah langsung muntah, atau sakit perut, dan mencret. Penyebabnya satu. Hampir pasti anak itu sedang jatuh stres.
Anak yang stres bisa jadi karena membenci gurunya. Boleh jadi karena membenci mata pelajarannya. Tak jarang lantaran kedua-duanya. Anak tak merasa nyaman selama bersekolah. Konsep belajar-mengajar kita menjadi cenderung indoktrinasi, menjadi hanya searah, dan bukan dialog.
Cerita ihwal pendidikan hanya searah sebagaimana lazim dialami anak didik kita melahirkan anak didik yang kurang pandai untuk bebas mengekspresikan isi kepalanya. Anak jadi pasif, dan otaknya kurang dinamis. Kelemahan anak yang terbiasa dicekoki pelajaran ini umumnya terbawa sampai jenjang universitas.
Anak didik dengan model belajar mengajar seperti ini, cenderung tidak menyukai pelajaran bisa lantaran gurunya, mata pelajarannya, atau peraturan sekolahnya. Bisa juga karena sikap gurunya, bukan mata pelajarannya.
Sebetulnya semua anak bisa mencintai matematika mata pelajaran yang ditakuti itu kalau gurunya pandai menjinakkan momok bahwa matematika itu susah. COntohnya adalah peran seorang Prof. Johannes Surya, yang menjadikan proses belajar fisika itu sama menariknya seperti belajar sejarah atau ilmu bumi.
Menghapuskan stressor
Seseorang, apakah itu anak atau orang dewasa akan jatuh stres kalau hidupnya gagal beradaptasi dengan stressornya. Kita tahu stressor dalam hidup seseorang ada empat yaitu tekanan, konflik, frustrasi, atau krisis. Mustahil seseorang bisa hidup terbebas dari stressor. Bahkan, stressor dalam takaran rendah dibutuhkan agar jiwa kebal.
Ibarat vaksin untuk mengebalkan terhadap sejumlah penyakit infeksi, stressor juga bisa dijadikan vaksin agar jiwa anak tahan banting. Semakin lengkap stressor pernah anak alami semasa kecilnya, semakin kuat ketahanan jiwa anak. Anak yang rentan bunuh diri, hanya gara-gara soal sepele, misalnya, tergolong anak yang ketahanan jiwanya lemah.
Tentu dalam perjalanan hidup seorang anak tidak mungkin selalu mengalami stressor. Anak yang berasal dari keluarga kecukupan, umumnya semua kebutuhan hidupnya serba tersedia, serba lengkap, dan miskin pengalaman stressornya. Sebaliknya anak yang hidupnya prihatin, mengalami stressor yang lebih banyak, selain lebih lengkap, maka mereka lebih kebal kalau sewaktu-waktu mengalami kekecewaan, putus asa, atau menghadapi konflik, atau jika jiwanya tertekan.
Maka sebetulnya diperlukan latihan (rekayasa) agar setiap anak juga mengalami stressor sejak kecil. Menciptakan suasana krisis lewat outbond, misalnya, bertujuan anak merasakan juga kalau hidup tidak selalu mulus. Sikap pengasuhan yang tidak selalu meluluskan apa saja permintaan anak, sikap tidak memanjakan, membiarkan anak belajar hidup berdisiplin, bagian dari pembelajaran agar jiwa anak tidak rapuh.
Malstress
Tentu saja tidak sehat kalau stressor berlangsung lama, dan jenis stressornya sama. Orang yang dirundung stressor yang sama berkepanjangan, jika gagal beradaptasi, akan jatuh ke dalam penyakit stres. Ini stressor yang tidak sehat.
Jadi, penyakit stres itu akan dialami jika orang gagal menyesuaikan diri dengan beban stressornya yang bertubi-tubi untuk waktu lama. Jiwa yang kalah melawan stressornya yang akan jatuh stres. Maka pada saat itulah muncul gejala penyakit stresnya.
Tidak demikian dengan orang yang tetap tidak sakit walaupun masih terus dirundung oleh stressor yang tidak berlangsung lama dan terus berganti. Orang ini tergolong orang yang jiwanya tahan banting.
Orang yang sejak kecil sudah kebal hidup dengan keputusasaan, hidup dengan konflik, tekanan, maupun krisis, biasanya tidak gampang stres. Maka, dibanding anak yang hidupnya kecukupan, anak yang sudah pernah hidup susah biasanya tidak mudah stres.
Maka belajar hidup susah juga diperlukan. Mengapa? Karena untuk bisa hidup sebagai orang kaya, setiap orang sudah siap. Sebaliknya, jika harus hidup susah, belum tentu orang siap menjalaninya.
Untuk tujuan itulah, walaupun orangtuanya serba kecukupan, tak perlu memanjakan anak dengan segala kelebihannya. Tak perlu mengumbar serba ketercukupan hidupnya. Sesekali anak juga perlu merasakan bagaimana rasanya kecewa kalau permintaannya tidak dipenuhi. Bagaimana putus asa, sedih, cemas, kalau menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan hati.
Baca Kelanjutannya...... - Stres Pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Fisik (1) Bagikan

Followers

MS OFFICE

PENDIDIKAN

KATA MUTIARA

obat tradisional

YOEN`S

Total Pageviews

 

Copyright © 2009 by Yoen`S

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger